Andriva
Distro ini menggabungkan dua distro,
yaitu Mandrake dan Connectiva. Distro ini berasal dari kalangan Linux di
Perancis. Sayangnya, masalah finansial hingga menjurus kebangkrutan menghambat
perkembangannya. Mandriva memiliki sistem konfigurasi bernama DrakConf yang
mudah dipahami pengguna dengan beragam tingkat kemahiran. Drakconf bisa
dianggap pesaing kuat dari YaST yang diusung distro openSUSE.
Selain itu, Mandrake menggunakan sistem
paket manager urpmi yang bisa disejajarkan dengan apt-get milik Debian. Untuk
aspek ini, Mandrake sedikit menyalib Redhat/Fedora pada sekitar satu dasawarsa
lalu. Saat itu, masalah dependency (ketergantungan antarpaket aplikasi) adalah
masalah yang biasanya diselesaikan secara manual. Namun berkat urpmi, pengguna
Mandriva dengan cepat membereskannya. Sebagai catatan, Mandrake/Mandriva bisa
dibilang cukup setia dengan desktop environment KDE sebagai default.
Penulis sendiri masih ingat,
Mandrake seri 7 adalah yang pertama mengusung KDE 1.1.1, dimana versi KDE
tersebut memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai pihak atas kualitas dan
inovasinya. Secara tidak langsung nama Mandrake/Mandriva jadi ikut terangkat.
Saat ini, ada project distro bernama Mageia yang merupakan distro “fork” dari
Mandriva. Distro “fork” terjadi karena beberapa developer (sebagian di-PHK dari
Mandriva) tidak puas dengan berbagai kebijakan Mandriva dan akhirnya
memutuskan untuk membuat sistem Linux sendiri.
Puppy
Puppy memberi nyawa kembali pada PC
Pentium lama kita. Puppy didesain agar tidak membutuhkan resource yang banyak,
baik dari sisi RAM, prosesor, atau graphics card. Untuk itu, Puppy membekali
diri dengan beragam aplikasi yang tidak rakus resource. Sebagai contoh, Abiword
dan Gnumeric sebagai alternatif paket Open Office, Midori sebagai web
browsernya, dan aplikasi alternatif lainnya.
Puppy memiliki mode untuk berjalan
sepenuhnya di RAM tanpa harus mengakses hard disk.
Nilai plus lainnya, jika kita ingin
sistem Puppy kembali seperti awal, kita cukup me-reboot-nya. Cara ini efektif
untuk sistem yang rentan masalah, misalnya percobaan aplikasi versi beta.
Selain di-burn ke CD, Puppy memiliki file image yang bisa ditulis ke flash
disk. Alternatif ini bisa lebih mempercepat operasional Puppy. Anda pun
memiliki opsi untuk menyimpan perubahan seperti setting desktop ke disk agar
saat Puppy di-restart, seluruh setting dibaca ulang dan kondisi sistem
dikembalikan persis saat Anda terakhir men-shutdown komputer.
8. CentOS
Kestabilan dan performa yang setara
RHEL (Redhat Enterprise Linux) merupakan keunggulan distro ini. Implementasi
RHEL yang sudah diakui di lingkungan enterprise menjadikan CentOS sebagai
alternatif “gratisan” RHEL yang sangat menarik. Ini semua berkat usaha tim CentOS
yang meng-compile ulang source dari berbagai paket program RHEL dan
menyingkirkan berbagai copyright content spesifik dari distro RedHat.
Yang tidak kalah menarik adalah dukungan
update hingga 7 tahun. Ini artinya, bisa terus menerus memakai sistem yang sama
tanpa perlu meng-install ulang. Seabagi perbandingan, Ubuntu server edisi LTS
saja baru mencapai rentang dukungan kurang lebih 5 tahun. Para administrator
sistem tentu akan lebih “lega” karena bug software akan terus diperbaiki selama
masa itu. Kekurangan dari CentOS adalah update-nya yang lebih lambat dari RHEL.
Ini terjadi karena pengembang CentOS perlu waktu untuk melakukan rekompilasi
dari update yang dikeluarkan oleh RedHat sekaligus mengujinya. Jadi, misalkan
Apache server yang dipaketkan oleh Redhat 5.6 butuh waktu diperbaiki selama 3
hari, boleh jadi CentOS baru dirilis dua minggu kemudian.
PCLinuxOS
DistroWatch ini
menerapkan konsep mirip Ubuntu (Mint), yaitu dengan memoles Debian agar lebih
mudah digunakan. Bedanya, PCLinuxOS berbasiskan Mandrake dan menggunakan KDE,
sementara distro lain banyak yang beralih ke GNOME. Namun, guna memenuhi
kebutuhan user, dirilis juga versi lain yaitu berbasis XFCE, LXDE, dan openBox.
Hal unik pada PCLinuxOS adalah penggabungan (kombinasi) sistem manajemen
paket RPM dan apt. Lebih tepatnya, paket aplikasi di PCLinuxOS menggunakan
format RPM, tetapi mekanisme instalasi menggunakan APT.
Arch
Pada distro ini, rolling release dan
sistem instalasi dikendalikan sepenuhnya oleh pengguna (hanya meng-install
sesuai keperluan) sehingga cocok untuk membuat sistem yang “ramping”. Rolling
release memungkinkan Arch selalu ter-update dengan software terbaru tanpa
harus menunggu rilis versi distro berikutnya.
Arch Linux bisa dikatakan sebagai
distro Gentoo generasi baru, namun minus features compile software. Arch
memaketkan aplikasi siap install, sementara Gentoo memaketkan source dari
aplikasi sehingga harus di-compile terlebih dahulu. Dengan semakin majunya
sistem komputer, proses compile software dianggap tidak lagi memberikan keuntungan
signifikan dan di sisi lain dianggap kurang praktis. Pengembang Arch menyadari
hal ini, namun demikian Arch tetap menyediakan opsi untuk meng-install-nya via
source aplikasi. Source aplikasi bisa di-download dari ABS (Arch Build System)
dengan bantuan software, seperti packer. Opsi instalasi via source tersebut
terutama menjadi solusi jika software yang ingin di-install belum masuk
repository resmi dari Arch Linux.
openSUSE
Framework Mono dan software Yast.
Mono adalah penerapan .Net di Linux. Mungkin ini bukan suatu hal yang luar
biasa, tetapi bagi para developer .NET, adanya Mono memungkinkan berjalannya
program berbasis .NET. Dampaknya adalah memudahkan inter-operatibilitas antara
Windows dan Linux serta platform lain yang mendukung .Net.
YaST adalah sistem administrasi
terpadu yang hanya ada di SuSE dan openSUSE. Hingga saat ini, bisa dikatakan
YaST adalah tool administrasi yang sangat berguna bagi para administrator.
Dengan beberapa klik mouse, tugas yang terbilang rumit, seperti mempersiapkan
virtual machine Xen atau setup cluster fail over berbasis DRDB bisa dikerjakan
dengan mudah! Selain itu, dukungan hardware-nya pun cukup bagus. Terutama pada
masa awal bangkitnya distro-distro Linux, SuSE yang selangkah didepan mendukung
hardware-hardware yang ada di pasaran, sementara distro lain perlu waktu lebih
lama
Debian
Stabil, jumlah paket yang sangat
banyak (sekitar 29 ribu), dan dukungan komunitas yang tinggi adalah ciri kahs
distro Debian. Selain itu, distro tersebut kini memiliki paling banyak turunan.
Bahkan pada rangking sepuluh besar banyak dihuni distro turunannya, seperti
Ubuntu, Mint, PCLinuxOS. Distro Puppy untuk beberapa serinya juga bisa dibilang
turunan Debian secara tidak langsung, misalnya edisi Lucid Puppy. Selain itu,
distro Debian sudah teruji dalam hal kualitas. Distro yang menyainginya mungkin
hanyalah Slackware. Perbedaannya, distro Slackware lebih terkesan “one man
show”, sementara Debian lebih menonjolkan aspek “kebersamaan”.
Debian juga satu-satunya distro
Linux yang terbanyak mendukung beragam arsitektur di luar prosesor Intel.
Tercatat ada ARM, MIPS, PowerPC, s390, HP-PA (Hewlett Packard Precision
Architecture), dan beberapa lainnya. Ini tentunya memudahkan pengguna Debian untuk
memakai satu platform OS yang sama di berbagai lingkungan hardware. Tidak lupa
pula project kfreebsd dimana distro Debian dikombinasikan dengan kernel
FreeBSD. Jadi Anda serasa mendapat dua hal sekaligus, “rasa” aplikasi Linux
namun performa FreeBSD. Sangat menarik bukan?
Fedora
Fedora (dulunya adalah Redhat Linux
versi desktop) adalah yang pertama menerapkan NPTL (Native POSIX Threading
Library), disusul dengan SELinux (Security Enhanced Linux). Terdapat juga
inovasi lain, seperti Zero Conf, KVM (Kernel Virtual Machine), dan sistem
desktop Blue Curve yang menyatukan GNOME dan KDE dalam satu tampilan serupa.
Fedora adalah wujud kerja sama komunitas open source yang didukung penuh oleh
Redhat. Karena terkait erat dengan Red Hat, cukup masuk akal jika Fedora paling
awal menerima berbagai update teknologinya. Sekitar 30% sampai 40% developer
Linux yang bekerja di suatu perusahaan adalah karyawan Redhat. Jadi, Fedora
bisa diibaratkan sebagi “ruang pajang” dan “ruang testing” bagi beragam inovasi
Redhat.
Mungkin sedikit yang mengetahui bahwa
Fedora adalah basis bagi RHEL. Sebagai contoh, RHEL versi 6 menggunakan basis
Fedora 12. Ini dilakukan sebagai perwujudan kesinambungan pengembangan Linux.
Versi Fedora yang dianggap stabil dan menerima respon positif kemudian
ditetapkan sebagai fondasi, lalu disusul dengan penyempurnaan di berbagai
aspek. Jadi, meskipun RHEL adalah produk komersial, keberadaannya tidak
terlepas dari adanya kontribusi komunitas Fedora.
Ubuntu
Distro ini berhasil menampilkan
“image” ramah pengguna dan dukungan utility Synaptic (Software Center) yang
memudahkan proses update. Selain itu, tersedia seri (Long Term Service) yang
menyediakan update hingga 3 tahun. Rata-rata distro Linux memberikan update
sampai dengan satu setengah tahun.
Dengan dukungan dari perusahaan
Canonical Inc. yang didirikan oleh Mark shuttleworth, Ubuntu tidak hanya mendapat
dukungan komunitas tapi juga dukungan finansial dan developer yang digaji oleh
Canonical. Mark bisa disebut sebagai perintis distro Ubuntu. Ide dasarnya
adalah ingin membuat dan mengembangkan sistem “Linux untuk manusia”. Artinya,
suatu sistem Linux yang mudah digunakan oleh manusia, terlepas dari tingkat
kemampuan teknisnya. Ubuntu memiliki banyak varian, diantaranya Kubuntu
(menggunakan KDE), Xubuntu (menggunakan XFCE), Lubuntu (menggunakan LXDE), dan
seterusnya. Ubuntu juga memiliki banyak distro turunan, di antaranya Zentyal
(distro untuk server) dan Backtrack yang dikenal sebagai distro spesialis dalam
bidang hacking security.
Mint
Ini dia jawara baru kita. Mint
berhasil mengungguli Ubuntu yang notabene adalah “orang tuanya” karena Mint
dikembangkan berdasarkan Ubuntu. Mint menyediakan aplikasi lengkap pada
distronya, mulai dari paket office, codec, hingga multimedia player. Jadi, saat
menggunakannya di awal, Anda tidak perlu terhubung ke Internet karena program
yang dibutuhkan sudah termuat di installer.
Mint juga memperkenalkan konsep Mint
Debian Edition. Dalam versi ini, yang dipakai sebagai basis adalah Debian
Testing. Keuntungannya? Update yang lebih cepat sehingga menyerupai model
rolling release. Karena berbasis Debian, Mint Debian tidak kompatibel dengan
repository Ubuntu. Kadang, ini membawa dampak positif karena banyak yang
menilai kualitas software di repository Debian lebih bagus dari repository
Ubuntu. Banyak juga yang menyebutkan bahwa Mint bisa menyalip Ubuntu karena
Mint mempertahankan penggunaan Gnome versi 2. Sebagian user Ubuntu kurang
nyaman dengan interface Unity yang dianggap berubah terlalu radikal. Ubuntu
sendiri memiliki berbagai varian, seperti Kubuntu yang berbasis KDE, tetapi Mint
masih yang terpopuler.
Sekilas Info CARA MENDAPATKAN UANG JUTA'AN RUPIAH DARI BLOG Anda.
BalasHapusCara Mendapatkan Uang Dari Blog.
Manfaatkan blog anda untuk menghasilkan uang sampingan hingga juta'an rupiah/bulan.
Bagi yang berminat silakan Mendaftar melalui Link WebBlog kami dibawah iklan ini.
Masukkan Nama Lengkap & Alamat Email Anda, info cara kerja lengkap kami kirim melalui email.
Kunjungi Blog kami di http://newkerjaonline2012.blogspot.com/