Rabu, 21 Desember 2011

Puasa dan Cara Hargai Waktu


Tak ada orang sedisiplin orang berpuasa. Sahur disiplin, berbuka disiplin. Begitu ada waktu imsak (batas akhir orang sahur), kaum muslim langsung menghentikan makan dan minum. Tak berani mengunyah lagi meski aneka hidangan menggoda selera dan berbagai jenis minuman masih “merayu”. Hasrat itu ditahan (al imsak). Disiplin kita!
Quote:

Berbuka pun demikian. Begitu Azan magrib berkumandang, kaum muslim baru berani makan dan minum. Kenapa waktu berbuka kurang satu menit saja kita tak berani membatalkan pausa? Jawabannya adalah karena kita disiplin. Mengikuti aturan.

Selama Ramadan, kaum muslimin bener-bener diajarkan disiplin dan menghargai waktu. Bahkan juga diajarkan memenej waktu. Di antara amalan dan adab dalam puasa Ramadan adalah mengakhirkan sahur dan menyegarkan buka. Amalan ini didasari sabda Rasulullah SAW: “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama menyegarkan berbuka puasa.” (HR Bukhori, Muslim dan At-Tirmidzi).

Mengakhirikan sahur diantaranya memulai makan sahur dan waktu sebelum azan subuh dikumandangkan kira-kira satu jam atau kurang. Manfaat mengakhirkan sahur ini agar lebih punya kekuatan untuk beribadah pada hari itu sampai berbuka dan sekaligus menunaikan salat Subuh. Menyegarkan buka puasa yaitu berbuka setelah matahari benar-benar terbenam atau ketika azan maghrib tiba. Menyegarkan buka puasa walaupun hanya dengan seteguk air, karena Rasulullah selalu menyegarkan berbuka puasa walau dengan beberapa biji kurma. Jika kalau tidak ada, maka cukup dengan beberapa teguk air.
Quote:

Inilah manajemen waktu yang diajarkan Allah, selain sisi humanis yang ingin diperlihatkan Allah kepada kita. Bayangkan saja jika perintahnya itu melambatkan sahur dan mengakhirkan berbuka? Pasti banyak yang lemas saat menjalankan pausa. Disiplin ini sangat penting. Negara-negara di dunia ini bisa maju karena mereka disiplin. Disiplin menegakkan dan melaksanakan aturan, disiplin dalam bekerja, disiplin dalam belajar, dan disiplin dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.

Di antara ciri orang disiplin adalah sangat menghargai waktu. Mereka tidak rela waktu singkat yang diberikan kepada hamba-Nya ini disia-siakan begitu saja. Sebab, seperti kata pepatah Arab, waktu ibarat pedang (Al waqtu kassaif). Jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, maka kita bisa terpenggal. Mengapa? “Lan tarji’al waqta allati madhots.” “Tidak akan pernah kembali waktu-waktu yang telah berlalu.”

Begitu pentingnya waktu sampai Allah SWT bersumpah demi waktu (wal asri). Sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi. Keculi orang-orang beriman dan beramal saleh. Dan, saling menasihati dalam kebenaran dan kesebaran. Seperti apa perilaku orang beriman itu? Jika merujuk kepada QS Al Mu’minun ayat 3, salah satu cirinya adalah menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan tidak berguna.
Quote:

Dengan kepatuhan kita menjalankan puasa yang buka sekedar menahan lapar dan haus itu, Insya Allah kulitas hidup kita lebih baik. Tidak ada lagi pemborosan waktu. Tidak ada lagi terlambat datang ke sekolah. Tak ada lagi istilah terlambat masuk kerja. Tidak ada lagi keterlambata memberikan lainnya. Bulan Syawal diharapkan menjadi bulan baru dengan disiplin waktu lebih baik. Semoga manusia tidak cepat lupa terhadap pelajaran yang telah diajarkan Allah SWT selama puasa. Selamat berdisiplin.
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?p=497231962

Tidak ada komentar:

Posting Komentar